MUNGGAHAN
adalah tradisi turun menurun bagi
masyarakat Sunda. Tradisi ini dilakukan biasanya pada H-2 dan H-1 sebelum bulan
Ramadhan tiba. Mendekati penghujung bulan
Sya’ban, para masyarakat Sunda yang ngumbara
(merantau) sengaja mudik atau pulang
kampung. Mereka ingin berkumpul bersama keluarga, bermaaf-maafan, bersama-sama
ziarah kubur, botram (makan bersama),
mandi besar atau kramas
di pemandian khusus atau kegiatan pensucian diri lainnya menjelang ramadhan.
Bulan ramadhan adalah tamu yang
penuh berkah. Pelbagai tradisi sebagai penghias jelang ramadhan sungguh
mengasyikkan. Bagi masyarakat Indonesia yang multi kultur, kaya akan tradisi,
kebiasaan menjelang ramadhan diekspresikan beraneka ragam.
Di Aceh dikenal meugang, di Sumatera Barat dengan mandi balimau, di Jawa Timur ada nyadran,
di Riau melakukan jalur pacu, di
Betawi terkenal dengan nyorog, juga
di Klaten ada padusan dan di Semarang
melakukan dugderan, serta bermacam tradisi lainnya mewarnai kegiatan menjelang
bulan puasa.
Menurut almarhum Nurcholis Madjid
(1993), agama dan tradisi (budaya) adalah dua bidang yang dapat dibedakan, tapi
tidak dapat dipisahkan. Agama bernilai mutlak, tidak berubah menurut waktu dan
tempat. Sedangkan tradisi dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke
tempat.
Berlimpah tradisi menyertai saat menjelang
atau selama bulan ramadhan. Kegiatan ini
dimaknai untuk menunjukkan keagungan Islam. Para alim ulama menyebut, bila
tradisi tidak melanggar aturan agama (sya’ri),
itu dianggap bukan penyimpangan (bid’ah),
jadi boleh dilakukan.
Sesuai perkembangan globalisasi dan
kemajuan teknologi, tradisi menjelang
ramadhan lambat laun mulai bergeser. Acara bermaaf-maafan kini berganti dengan
ucapan digital lewat ponsel (sms atau
bbm).
Acara mandi besar (kramas) dilakukan beramai-ramai, tanpa malu-malu di
pancuran atau pemandian massal. Kebiasan botram
(makan bersama) berubah menjadi makan di restoran, tidak lagi beralas samak
atau tikar. Artinya suasana kebatinan tidak seindah pada masa lampau.
Meski demikian, aura menjelang
ramadhan tetap saja membuncah dalam makna spiritual keagamaan. Umat muslim di
luar negeri pun melakukan hal yang sama. Di Mesir penduduk sengaja memasang famous, lampu gemerlap, di Bangladesh
menyiapkan manisan jilapi, di
Malaysia terkenal dengan bubur lambuk,
di Albania terkenal dengan sajian daging byrek,
dan bermacam keunikan khas dilakukan Negara lainnya mayoritas muslim menambah
semarak ramadhan.
Almarhum KH Abdurrahman Wahid
mengatakan, di dalam mengagungkan Tuhan dan di dalam mengungkap rasa indah akan
hubungan manusia dengan Sang Khalik, agama kerap menggunakan kebudayaan secara
massif (Islam Kosmopolitan, hal 291).
Menurut Jaih Mubarok (2008),
kebiasaan atau tradisi yang sejalan dengan aturan agama Islam boleh dilakukan,
karena sahih (al-adat al-shahihat).
Namun ada juga tradisi dan kebiasaan yang tidak sejalan dengan agama, disebut
sebagai al-adat al-fasidat.
Tradisi Munggahan
Munggahan bagi masyarakat Sunda merupakan tradisi
pensucian diri. Dicerminkan dari sikap luhur masyarakat Sunda dalam makna
spiritual sebagai wujud rasa hormat menyambut datangnya bulan ramadhan, karena
ramadhan bulan penuh berkah dan ampunan.
Dalam Kamus Basa Sunda, unggah berarti kecap pagawean nincak ti handap ka nu leuwih luhur, naek ka tempat nu
leuwih luhur (Danadibrata, 2006). Dalam Kamus Umum Bahasa Sunda (1992), munggah berarti hari pertama puasa pada
tanggal satu bulan ramadhan.
Pelbagai acara menjelang ramadhan
sesuai akidah dilakukan, misalnya membersihkan mesjid untuk persiapan tarawih, pengajian
diisi ceramah menjelang ramadhan, ziarah kubur dan bermaaf-mafan serta silaturahmi
merupakan ikhtiar dalam al-adat
al-shahihat.
Namun masih ada saja segelintir
orang melakukannnya dengan tradisi atau kegiatan ria, misalnya membakar kembang
api, mengagetkan dengan bunyi petasan, perang dentumaan lodong (meriam bambu)
yang acapkali terjebak dengan perbuatan al-adat
al-fasidat, menyimpang dari makna munggahan.
Makna kegembiraan menjelang
ramadhan, tentunya harus dipahami dengan tidak melakukan perbuatan yang
mengganggu khidmat ramadhan. Tidak pada tempatnya kebiasaan di kota,
kebut-kebutan dengan sepeda motor atau mobil, dibawa menjeadi pelengkap
munggahan di kampung asal.
Bagi setiap orang, bila
diklasifikasikan ada tiga tipe menyambut datangnya ramadhan. Pertama, ramadhan dianggap biasa-biasa
saja. Artinya ia cuek, acuh tak acuh, menganggap ramadhan sebagai kegiatan
normal musim tahunan.
Kedua,
menganggap ramadhan sebagai ritual menahan haus dan lapar. Seolah ramadhan
sebagai pembatas luapan hasrat semata. Sehingga menjelang ramadhan dimuntahkan
dengan upacara makan enak sepuas-puasnya sebelum nantinya berlapar-lapar dalam
puasa, seolah puasa dijadikan beban.
Ketiga, menganggap ramadhan sebagai
bulan suci, bulan penuh berkah dan ampunan, sehingga di bulan ramadhan
berlomba-lomba meningkatkan pahala, dengan tarawih, tadarus, iktikaf serta
melakukan infaq dan sedekah. Orang yang beriman menyambut ramadhan dengan suka
cita.
Ketika bulan ramadhan Allah SWT
menurunkan rahmat dan pahala berlipat untuk setiap ibadah numat muslim. “Hai
orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS Al-Baqarah : 183).
Menurut Hadis diriwayatkan Ibnu
Khuzaimah, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah
dengan suatu perbuatan kebajikan (sunnah), ia akan mendapatkan pahala seperti
kalau ia melakukan perbuatan wajib pada bulan lain. Barangsiapa melaksanakan
suatu kewajiban pada bulan (ramadhan) itu, ia akan mendapatkan pahala kalau ia
mengerjakan 70 perbuatan wajib pada bulan yang lain”.
Janji Allah SWT dan sabda Rasulullah
SAW membuat umat muslim khidmat menyambut bulan suci ramadhan, karena ramadhan
adalah media pensucian diri dalam penghilangan dosa-dosa. Sehingga munggahan
menjadi lebih bermakna dalam perispan diri memasuki bulan suci penuh berkah.
Mari lah kita sambut ramadhan dengan
kesucian hati, selain melakukan ibadah pengampunan diri, juga menolong sesama
umat muslim lainnya yang tengah didera kesusahan. Marhaban ya Ramadhan … !
Sumber: GALAMEDIA, 8 Juli 2013
Good job
BalasHapus